Minggu, 02 September 2012

SEJARAH LAHIRNYA IMTI - FT UMB





SEJARAH IMTI UMB


IKATAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA


Sebelum berbicara sejarah IMTI UMB mari kita definisikan arti sejarah itu sendiri. Sejarah dapat diartikan sebagai pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia. Jadi sejarah itu sendiri harus dilihat dari sejarah dinamika pemikiran yang kemudian diambil arah nilai sejarah yang kita inginkan dan bukan romantisasi cerita-cerita heroik berbau senioritas yang memang pada kenyataannya dikonsumsi sebagian besar orang IMTI sendiri.

Dapat kita akui dinamika pemikiran di IMTI belum terlihat sama sekali, hal ini bisa dilihat dari indikasi lemahnya sensitifitas dan kritisisme IMTI dalam merespons masalah-masalah kemahasiswaan dan bangsa. Walau dalam lintas sejarah IMTI dapat digolongkan sebagai organisasi yang baru. IMTI berdiri dan tumbuh hanya sebagai alat arogansi mahasiswa teknik industri. Memang IMTI dalam berkegiatan selalu eksis tapi entitas sebagai organisasi kemahasiswaan tidak jelas. Akhirnya IMTI sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang seharusnya mengedepankan intelektualitas dan pengabdian kepada masyarakat hanya akan menjadi sebuah event organizing saja yang kerjaannya hanya membentuk OC-OC kegiatan.

Walaupun demikian, sejelek-jeleknya IMTI, Ia tidak akan lepas dari kehidupan kemahasiswaan kita. Penulis yakin ada nilai dalam setiap rentang sejarah IMTI yang dapat menjadi bahan settingan gerakan kedepan.

 

-      Perjalanan Kepengurusan


IMTI UMB berdiri pada tanggal 21 September 2000 dengan tujuan awal sebagai wadah aspirasi mahasiswa teknik industri sekaligus sebagai upaya memepertinggi derajat mahasiswa teknik industri di FTI khususnya di UMB pada umumnya. Ketuanya yang pertama adalah Wahyu Hidayat (industrian’00). Pada masa berdirinya, IMTI lebih banyak melakukan pembenahan ke dalam, baik secara material maupun spiritual. Sebagaimana layaknya suatu organisasi, berbagai materi organisasi seperti peralatan IMTI, lambang IMTI, kop surat, dan beberapa hal yang bersifat psikis yang menyangkut mental anggota IMTI.

Kader pertama ini memang terlihat vokal dalam setiap diskusi-diskusi sehingga posisi IMTI sangat dipehitungkan dalam dunia kemahasiswaan KMGM FTI. Namun kepemimpinan Wahyu Hidayat berlangsung beberapa bulan saja sampai beralih kepada Marlon Brando (industrian’00) sehingga terkesan tidak adanya keseriusan dalam mengelola organisasi. Banyak orang IMTI mengatakan faktor penghambat utamanya adalah jumlah anggota yang sedikit (hanya satu angkatan).

Pada kepemimpinan Marlon Brando, IMTI memperlihatkan jati dirinya sebagai organisasi terbukti dengan adanya kepengurusan yang tetap, pembenahan IMTI mulai berjalan serius dan adanya kegiatan kemahasiswaan. Hal ini didukung dengan adanya kader baru IMTI (industrian’01). Adapun kegiatan IMTI waktu itu adalah Forum Keakraban, meskipun disebut sebagai forum tapi belum terlihat suasana intelektualitas didalamnya. Suasana intelektualitas hanya berlangsung dan digunakan untuk kegiatan politik kampus saja, seperti debat kandidat dan lobying politik IMTI.

Baru pada kepengurusan Doni Romdoni (industrian’01) IMTI merintis beberapa kegiatan, dan terlahirnya peraturan berbentuk AD/ART, Namun AD/ART hanya dijadikan sebagai legalitas organisasi saja tidak ditafsirkan sebagai landasan gerakan IMTI. Walaupun demikian, masa ini sering dijadikan acuan bagi kepengurusan-kepengurusan berikutnya. Hal ini dikarenakan adanya sistematika dan konsistensi dalam berkegiatan. Konsolidasi eksternal intra kampus yang dilakukan IMTI pada masa ini, ini didukung oleh figure pemimpin yang dikenal sebagai aktivis kampus oleh seluruh mahasiswa UMB.

Fase kepengurusan ke-4 dipimpin oleh Solehudin (industrian’01) seorang aktivis mesjid, pada masa ini IMTI terlihat vakum (dinilai oleh sebagian besar orang IMTI), tapi kajian-kajian intelektual keislaman banyak dilakukan bersama Rohis BEM FTI, kegiatan-kegiatan bidang rohani banyak dilakukan, bahkan mampu membuat Forum Keakraban (Fokerti) yang semula terkesan sbg ajang hura-hura menjadi forum diskusi ke-IMTI-an. Pada masa ini kader-kader IMTI menyebar untuk berperan aktif di organisasi-organisasi intra-universiter, seperti BEM UMB, DPM FTI, dan BEM FTI.

Selanjutnya IMTI dipimpin oleh Januar Pribadi (industrian’02) seorang aktivis gerakan, sesuai dengan karakter pimpinan kegiatan di IMTI bersifat jor-joran karena memang misinya ingin membuat IMTI eksis di UMB bahkan di luar UMB. Kajian-kajian ilmiah banyak dilupakan dikepengurusan ini kecuali di Fokerti yang sedikit mempunyai kualitas, yaitu pendidikan emosional ke-IMTI-an lebih diperbanyak.

Banyak sekali keberhasilan yang diraih IMTI di kepengurusan ini jika dilihat dari segi kegiatan, misal: kegiatan-kegiatan secara kuantitatif lebih besar dari sebelumnya, terbukanya jalinan kerjasama dengan berbagai kampus yang tergabung di PMTI bahkan ketika masuk langsung dipercaya sebagai Korwil Jakbar, dan adanya pembenahan dan pembentukan aturan-aturan kegiatan. Hal ini tak lepas dari faktor wibawa pimpinan, loyalitas dan semangat anggota kepengurusan (industrian’03), dan yang lebih utama adalah kesolidan antar pengurus.

Kalau tidak demikian kepengurusan sangat rentan terhadap kehancuran karena dalam pengurusan sangat terlihat jelas hirarki senioritas yang mana sebagian besar anggota pengurus yang memegang peranan adalah angkatan 2003, sehingga ada kemungkinan akan timbul pemberontakan. Karakter pimpinan yang seorang aktifis gerakan sangat tidak disukai oleh para pendahulunya ditambah lagi gaya kepemimpinannya yang bersifat instruksional.

Pada fase ini kader IMTI mulai menyebar ke organisasi gerakan ekstra-universiter, suatu organisasi yang dianggap tabu oleh sebagian besar kader IMTI.

Pada tahun 2005 ketika IMTI memiliki alumni, IMTI dipimpin oleh Rizka Kumara (industrian’03). Sampai tulisan ini dibuat (3 bulan masa kepengurusan) belum terlihat kejelasan pergerakan IMTI, kegiatan berlangsung bersifat responsif. Padahal banyak yang memperkirakan pada kepengurusan ini IMTI akan mencapai masa keemasan, karena banyak sekali kader IMTI yang berjiwa intelek menempati posisi strategis di KMGM UMB; seperti BEM UMB, DPM FTI, dan BEM FTI, yang akan mempermudah langkah IMTI kedepan ditambah lagi background organisasi ketua IMTI yang dinilai berpengalaman di organisasi kajian maupun organisasi kehobian dan anggota pengurus (industrian’04) yang selalu pro-aktif dalam setiap kegiatan-kegiatan kampus.

Dalam setiap kebijakan IMTI; pada setiap pergantian pimpinan, selalu berubah-ubah bahkan terkadang jauh dari khitahnya sebagai organisasi kemahasiswaan yang berasaskan Tridharma PT. Tidak jelas arah yang dituju, kata "Mahasiswa" dalam IMTI yang seharusnya menjadi problem solver, ternyata hanya jadi pemanis himpunan saja. Sekarang bagaimana IMTI benar-benar sebagai organisasi kemahasiswan yang komit mengedepankan semangat edukasi dan intelektualisme? Berhadapan dengan hal ini sepertinya sebuah angan-angan ditengah kondisi mahasiswa yang terkontaminasi hedonisme. Namun begitu, kita masih menyimpan sedikit harapan. Harapan itu terletak dalam semangat dan kesadaran kritik-diri yang masih bisa kita temukan pada sebagian kader IMTI. Kritik diri inilah yang akan senantiasa menjadikan IMTI bisa mengkoreksi kekeliruan yang telah di torehkannya dalam catatan sejarah. Kita dituntut untuk merumuskan strategi langkah IMTI kedepan atau IMTI hanya akan menjadi alat arogansi para industrian, jadi ruang kosong, dan jadi alat dekanat dan politik kampus.

-      Strategi IMTI Kedepan


IMTI harus melakukan pembaharuan dan reinterpretasi ulang siapa dirinya dan apa tujuannya. IMTI juga sebagai bagian dari organisasi kemahasiswaan harus konsisten dalam kegiatan pengembangan kemahasiswaan secara bidang ilmu, psikis, maupun spiritual anggotanya, komit terhadap kebenaran, dan memposisikan diri sebagai bagian dari masyarakat.

Memposisikan diri sebagai bagian dari masyarakat, artinya IMTI; yang didalamnya adalah mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat, tidak bersikap elitis yaitu hanya berkiprah dalam kehidupan mahasiswa saja tapi harus berkiprah dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dapat diwujudkan dengan melakukan pergerakan baik secara kultural maupun struktural.

Yang dimaksud pergerakan kultural adalah pemanfaatan keahlian yang dimiliki mahasiswa teknik industri untuk kepentingan masyarakat. Penyadaran pemahaman tentang kebutuhan untuk mengaplikasikan disiplin ilmu kepada masyarakat merupakan sesuatu hal yang sangat penting dilaksanakan. Pelaksanaan kaidah keprofesian berdasarkan kompetensi manajerial kita dapat menghidupkan kemahasiswaan dan dapat menjadi alternatif solusi permasalahan masyarakat.

Sedangkan pergerakan struktural dapat diartikan sebagai penyikapan isu nasional yaitu upaya advokasi kepentingan masyarakat menyangkut kebijakan pemerintah yang merugikan kepentingan masyarakat. Dalam konteks lembaga himpunan hanya sebatas pewacanaan dan pembahasan untuk menghasilkan solusi-solusi konkret dan cerdas, sehingga tidak sebatas aksi turun ke jalan, tetapi dengan pemaparan konsep solusi yang jelas juga. Hal ini diperlukan sebagai sebuah upaya pengembangan pemikiran keindustrian karena pada dasarnya kebijakan pemerintah sangat berdampak pada setiap lini di dunia industri, selain itu sudah seharusnya bagi mahasiswa; sebagai social control, untuk selalu membela kepentingan masyarakat karena kita tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat.

Fenomena yang kita saksikan sekarang adalah mengakarnya budaya hedonisme dikalangan mahasiswa dan pergolakan pemikiran yang selalu mandeg ketika bertemu paham senioritas. Formulasi konkret untuk memecahkan masalah ini adalah pengkaderan. Pengkaderan merupakan urat nadi organisasi. Inilah yang selama ini belum dilaksanakan dalam memenuhi fungsinya menyiapkan SDM berkualitas. Pengkaderan sering dialihkan kepihak lain yang selama ini menggunakan konsep pengkaderan ala tong kosong. Yang penting vokal dalam berbicara.

Selain masalah pengkaderan, IMTI harus merumuskan program jangka panjang tiga tahunan agar tidak terjadi perubahan-perubahan kebijakan dari kepengurusan. Sehingga pembangunan organisasi dapat dilakukan secara bertahap.

IMTI dapat berubah jika ada kesadaran, bukan instruksi dan restu senior. Jadi jangan berharap IMTI akan berubah kalau tanpa kesadaran kolektif dari kadernya.



Mahasiswa Teknik Industri Yang Pernah Menjabat Sebagai Ketua IMTI _ FT UMB :

  • Wahyu hidayat ( Industri 2000 )
  • Marlon brando ( Industri 2000 )
  • Doni Romdoni ( Industri 2001 )
  • Solehudin ( Industri 2001 )
  • Januar Pribadi ( Industri 2002 )
  • Rizka Kumara ( Industri 2003 )
  • Riko ( Industri 2004 )
  • Purwo Wahyu Baskoro ( Industri 2005 )
  • Suhairi ( Industri 2006 )
  • Heri Nurmansyah ( Industri 2007 )
  • Adnan Kasogi ( Industri 2008 )
  • Ahmad Matthuri ( Industri 2009 )
  • Rudini Mulya Daulay ( Industri 2010)



Media Parthers :






Reporter : Rudini Mulya_[41610010035]/Industrial Engineer - FT UMB 03/09/2012.docx.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar